Wed. Sep 10th, 2025

Kumpulan Dewasa 18+ – Saya, Haryanto (nama samaran), dipanggil singkat Yanto. Sesudah kerja 2 tahun lebih, saya dipindahtugaskan ke kota B ini, tidak seramai kota besar asalku, tetapi cukup nyaman. Saya dipinjamkan rumah kakak perempuanku yg bekerja mengikuti suaminya di luar negeri. Sekaligus juga jaga serta menjaga tempat tinggalnya, ditemani satu orang mbok 1/2 tua yg bermalam, serta tukang kebun harian yang pulang tengah hari.

Dua bulan telah saya tinggal di dalam rumah ini, biasa saja. Oya, rumah ini berlantai dua dengan kamar tidur semua ada lima, tiga di lantai bawah serta dua di lantai atas. Lantai atas untuk keluarga kakakku, jadi saya tempati lantai bawah. Di samping kamar tidurku ada ruangan kerja. Saya biasa kerja disana dengan seperangkat computer, internet dan sebagainya.

Satu saat, saya kehadiran satu orang dokter gigi, drg Retno, ditemani asistennya, Tina. Mereka ingin mengkontrak satu kamar serta garasi untuk prakteknya. Karena itu butuh diperbaiki dahulu. Saya mengontak kakakku lewat fasilitas komunikasi yang ada, meminta kesepakatan. Ia memperkenankan sesudah tanya-tanya ini itu. Karena itu awalilah pekerjaan perbaikan serta akan usai 20 hari .

Selain itu, drg Retno memberikan tugas Tina untuk tinggal di kamar tidur yg dikontrak , selain garasi yg hampir siap disulap jadi ruangan praktik. Awalilah cerita dua anak manusia berbeda type serta tinggal serumah….

Telah dua minggu Tina tinggal di dalam rumah ini. Ia umumnya bawa makan sendiri, sering saya turut makan bersama dengan ia jika kebetulan masakan mbok di rasa kurang. Tina berlaku biasa saja awalnya, serta saya tidak berani lancang mendekatinya. Tina berpostur hampir serupa tinggi denganku, tidak gemuk tapi tidak kurus. Tetap kenakan pakaian tertutup hingga saya gagal lihat sisi yang ingin kupandang. Mukanya cukup manis.

Satu hari, mbok meminta ijin pulang kampung sesudah kerja 9 bulan lebih tanpa ada melihat anak cucunya. Saya mengizinkan mbok pulang. Mbok akan meminta tolong pembantu tetangga sediakan makanan untukku sepanjang mbok pulang.

Nah, pagi hari itu saya mengantarkan mbok ke setasiun bis dengan mobil kantorku, baru pulang untuk ambil berkas serta pergi ke kantor. Tina pergi ke klinik dokter gigi Retno dengan motor, umumnya jam 1/2 delapan pagi telah kabur serta pulang jam lima atau enam petang, tergantung pada jumlahnya pasien. Untuk praktisnya, semasing bawa kunci rumah sendiri.

Sore hari sesudah mbok pergi itu situasi rumahku sepi. Saya pulang jam empat sore serta sempat melihat-lihat kebun serta ambil daun-daun kering lalu membuangnya dalam tempat sampah. Tina baru sampai di dalam rumah seputar jam 1/2 enam, tanpa ada saya tahu. Ia nyatanya berada di jendela memandangku kerja di kebun. Saat matahari telah doyong ke Barat, saya baru lihat ke jendela serta terlihat Tina tersenyum di baliknya. Selekasnya saya masuk rumah. “Sudah lama kamu hadir, Tina?” Ia mengangguk. “Aku lihat kamu kerja di kebun, satu panorama indah, lelaki rajin kerja keras… Takjub saya dibuatnya.

Saya ketawa sendiri, lalu masuk kamar untuk mandi. Kamar mandiku ada pada kamar tidur, jadi saya bebas berjalan telanjang masuk keluar atau mungkin dengan melilitkan handuk saja, seperti sore itu. Keluar kamar mandi, saya kaget, sebab Tina ada pada kamar tidurku. “Aku masuk tanpa ada permisi, maaf ya, kamu geram?” Saya jawab, “ Ah tidak, masak geram sich, diterima wanita seksi serta manis…? Saya ingin ganti pakaian, kamu ingin masih di sini atau…?” Tina tersipu. “Oh, ingin membuka handuk, begitu? Saya nantikan di sofa, ingin ada butuh sama kamu.” Tina keluar kamar.

Saya kenakan kaos oblong serta celana boxerku, lalu mendekati Tina di sofa, duduk di sampingnya. Ia menjauh. “Kamu telah mandi, saya belum… kelak kamu tidak kerasan di dekatku..” Saya hanya senyum saja. “Ada pelu bicara apa, Tina…?” Ia ragu sesaat, lalu, “Aku ingin menumpang mandi di kamar mandimu. Ada shower air hangat kan? Water heater di kamar mandiku rusak, mbok belum panggil tukang…” Sekalian senyum, saya jawab, “Tentu, silakan saja, tetapi pintu kamar mandi jangan digembok, susah membukanya. Tenang, saya tidak melihat kamu mandi, jangan takut…” Tina ketawa, “Tidak ngintip tetapi langsung melihat…? Mana ada lelaki buang peluang.” Saya malu mendengarnya. “Ah, kamu dapat saja…” itu jawabku sekalian menggenggam bahunya. “Tuh, mulai ya,..?” tuturnya sekalian 1/2 lari masuk kamarnya ambil handuk dan sebagainya.

Dua puluh menit berlalu, Tina telah kembali duduk disampingku. Berbau wangi menyergap hidungku. “Eh, Yanto, ingin tidak antar saya beli kacang rebus atau goreng di simpang jalan?” Selekasnya saya menyetujui.

Lima menit selanjutnya Tina serta saya telah bergandengan tangan berjalan ke penjual kacang, seputar 500 mtr. jauhnya. Setelah pulang, tangan Tina menggandeng lenganku serta saya sempat rasakan buah dada kanannya sentuh lengan kiriku. Serrr, darahku berhembus, jantungku berdegub kencang. Ibu—ibu di warung dekat situ nyeletuk, “Wah bu dokter telah punyai calon suami… selamat ya?” Tina ketawa kecil. Ibu-ibu itu telah akrab dengan Tina, mempersilahkan singgah untuk satu pertanyaan mengenai kesehatan giginya. Sempat terdengar Tina layani salah satunya dari mereka sekalian menyorot mulut si pasien kampung itu dengan batere kecil, lalu memerintahnya hadir ke klinik esok pagi. Semua pertanyaan dijawab dengan ramah. Saya jadi takjub dengan keramahan Tina. Pantes kliniknya ramai tiap hari.

Pulang rumah, saya serta Tina duduk di sekitar meja makan sekalian nikmati kacang rebus serta goreng. Selain itu saya masih mencuri-curi pandang mukanya, atau turun ke dadanya. Tidak terlihat apa pun. Tina satu orang wanita yang masih jaga kesusilaan, pikirku. Jadi, apa saya dapat menikmatinya, aduh, mengajaknya tidur bersama dengan, pikiranku melayang-layang mengarah beberapa hal yang erotis. Tina mengakhiri makan kacang sebab kenyang, tuturnya, lalu bangun pergi ke tempat sikat gigi (wastafel). Saya membereskan meja makan, lalu mengejar Tina untuk sikat gigi di sebelahnya.

Tanganku mulai nakal. Saya nekad sentuh bokongnya, meremas lalu merangkul pinggangnya. Tina seolah terkejut, lalu menangkis tanganku sekalian sedikit menatapku sesaat mulutnya masih penuh busa.

Tina mengatakan, “Jangan mulai nakal… “ Lalu ia membalas mencubit bokongku serta memukul punggungku. “Nih, rasakan, ya…” Ia mencubit berulang-kali serta memukul juga. Semakin lama saya merasakan sakit , lalu kutangkap tangannya serta kutarik tubuhnya mendekat, tapi ia berontak serta lari ke sofa. Usai sikat gigi, saya duduk disampingnya. “Kamu masih geram, Tina?” Ia tutup matanya, lalu… menubruk dadaku sambil menangis. Saya bingung sekali. “Kamu ini…. Kamu ini… buat saya gemes! Saya jadi tidak tahan . Dadamu basah ya, dengan air mataku. Membuka saja kaosmu…” Saya menurut, ia kembali memasukkan mukanya di dadaku, lidahnya menjilati putingku. Bibirnya menciumi dadaku ke kiri serta ke kanan samapi ke lipatan ketiakku. Saat lidahnya ingin menjilat ketiakku, selekasnya kurapatkan hingga ia tidak berhasil. Mukanya terlihat sedih. Berbisik, “Kenapa? Tidak mau ya?” Saya jawab, “Nanti kamu tidak tahan baunya, berbau keringat lelaki. Tina, saya ada permintaan…” Tina menjawab lirih, “Minta apa? “ Kujawab, “Mau tidak kamu tidur di kamarku bersama dengan saya?” Tina diam saja, tidak ingin menjawab. Mukanya telah ditarik menjauh. Saya takut ia geram. Lalu berbisik, “Kalau saya bilang… tidak ingin, kamu geram?” Saya jawab, “Aku masih merayu sampai kamu ingin. Cahaya mata serta wajahmu menjelaskan kamu mau…”

Mendadak Tina bangun serta berjalan ke kamarnya. Di pintu masuk kamar, ia memalingkan mukanya lalu meraih saya agar mendekat. Saya selekasnya bangun, ke arah kamarnya. “Kamu saja yang tidur di sini, ingin?” Saya menggelengkan kepala. “Kamar mandi buat kamu kan berada di kamar tidurku,mudah untuk semua keperluan…” Tina tersenyum mengangguk. “Kalau demikian, kamu nantikan di kamar, ya, kelak saya mengejar kamu.” Jantungku hampir berhenti berdetak mendengarnya. (Tina ingin lho, tidur denganku…!)

Selekasnya saya berjalan ke kamarku, lalu membereskan ranjang, menempatkan dua handuk membentang di atasnya. Tidak lupa memoleskan cream bertahan lama pada kepala kemaluanku, lalu menggunakan sarung sesudah melepas semua baju.

Belum satu menit, Tina telah berdiri di muka pintu kamar. Lihat saya menggunakan sarung, ia mengatakan, “Kamu ada sarung ? Saya ingin menggunakan. Rasa-rasanya praktis ya?” Saya mengangguk lalu buka almari baju, ambil sarung , kuserahkan pada Tina. Ia bawa sarung itu masuk kamar mandi, melirik manis sekalian mengatakan, “Jangan turut masuk, ya?” Saya ketawa saja, lalu berbaring bertelanjang dada sampai pinggang. Sarung itu tutup sisi bawah sesudah pinggang. Tina keluar kamar mandi dengan sarung tutup sisi dada sampai pinggul. Ia menempatkan bajunya, terhitung BH serta celana dalam kuning, di meja. Ia melirik lalu tersenyum, “Lihat BH serta celana dalamku? Nih, agar senang memandangnya.” Ia dekati saya lalu memperlihatkan BH serta celana dalamnya ke dekat wajahku. Saya mendekatkan hidungku pada celana dalamnya, tapi secara cepat ia menariknya sekalian ketawa.

Dua detik selanjutnya, ia merebahkan diri di sebelahku. Saya lihat mukanya, berpandang-pandangan sepanjang beberapa puluh detik. Kudekatkan bibirku pada pipi, dahi, lalu… ke bibirnya. Ia melumati bibirku, perlahan-lahan awalnya. Lalu perlahan-lahan buka mulutnya, hingga sekarang mulutku dapat menyedot mulutnya sekalian bergoyang ke kiri ke kanan, lalu lidahku berjumpa lidahnya. Tina hembuskan napasnya seperti tersengal, lalu kembali menyedot mulutku berganti-gantian. Lengannya merangkulku, serta sekarang, yah, benarlah, dadaku bersentuhan dengan buah dada Tina yang kencang muncul serta berputing keras. Dalam berahi yang semakin membara, saya serta Tina tidak pikirkan apa-apa . Tiga pergerakan cukup melepas sarung-sarung itu, hingga badan Tina yang telanjang bundar telah memelekat erat dengan tubuhku. Ia mendorongku hingga telungkup di atas tubuhku yang telentang, sekalian terus menyedot serta menyedot serta menyedot mulut sambil bergoyang-goyang ke kiri kanan serta buah dadanya mendesak menggeser-geser di dadaku. Saya telah terikut ke awan yang tinggi. Lenganku merangkul tubuhnya erat-erat, jembut Tina bergesekan dengan jembutku, aduh bukan main nafsuku bercampur dengan nafsu Tina. Kemaluanku yang telah keras itu bergesekan dengan bibir kemaluan Tina, pahanya bergerak sesaat menjepit pahaku sesaat menindih serta entahlah pergerakan apalagi.

Sebelas menit selanjutnya Tina melepas diri, mengusung tubuhnya sekalian memandangku. “Bagaimana rasa-rasanya, enak serta nikmat..?” Saya jawab, “Bukan main… Tina, oh ina, buah dadamu.. padat muncul, saya nikmati sekali. Kamu merasakan nggak… jembut kita beradu? Jembutmu yg lebat, meningkatkan nikmatnya….” Belum kalimatku usai, Tina telah menindihku , kali inilah buka lengannya hingga lidahku dapat menjilat ketiaknya yang halus tidak memiliki rambut. Kuciumi ketiak Tina sesaat, serta tubuhnya menggelinjang. “Ohh, Yan… Yanto… geli sekali rasanya…” Saya geser ke ketiak yang satu , serta Tina kembali menggelinjang. “Kamu suka ya, menilat ketiak cewek?” Kujawab, “Ketiakmu harum serta indah bukan main. … Siapa dapat tahan biarkan tidak di cium?” Kujilati terus ke-2 ketiaknya, serta Tina mengaduh-aduh penuh nikmat. Didadaku masih berasa buah dadanya menggeser-geser. Pinggulnya bergoyang terus, sampai satu saat, ia 1/2 berteriak, “Yanto… saya tidak tahan…. Mari kamu di atasku…”

Saya memutar tubuhku hingga sekarang ada di atas badan Tina. Ke-2 lengannya merangkul punggungku, “Duh,.. tubuhmu benar-benar kekar… saya benar-benar menikmati…. Ohh….” Saat ini saya menindih buah dadanya, sekalian mulutku mengisap-isap serta isap mulutnya. Lidah Tina masuk ke mulutku serta kuisap, alu giliran lidahku mencari mulutnya. Tina mengggelinjang, lalu buka ke-2 pahanya. “Masukkan kemaluanmu…. pelan-pelan ya, besar sekali kemaluanmu… ooohhh… sudah… telah masuk semuanya… oohh nikmatnya… nikmatttt sekali…..” Pinggulnya bergoyang turun naik semakin cepat bersamaan dengan pergerakan turun naik pinggulku. Berasa kemaluanku diapit serta dihisap kemaluannya. Saya merintih, “Tina, kemaluanmu sempit… duhh enaknya diapit dan… dihisap kemaluanmu… ooohhh Tina…” Ia menjawab, “Yan… jangan keluar dahulu ya…. Saya masih ingin lama nih, nikmati … persetubuhan ini..” Lalu menggelinjang hebat ke kiri ke kanan, mulutnya tertutup rapat dalam mulutku serta keluarkan suara lenguhan satu orang wanita yang sedang penuh nikmat.

Pergerakan tubuhku serta Tina memunculkan bunyi kecupak-kecupak waktu kemaluanku tembus jembut serta kemaluannya yang telah basah. Saya menanyakan, “Tina, bisa kujilat jembutmu,…kemaluanmu….?” Selekasnya ia menggelengkan kepala, walau mulutnya masih juga dalam mulutku. “Jangan saat ini,… jangan dilepasss… kelak saja… oohh,… nikmatnya…” Saya menggeserkan badan Tina kesamping, supayua ia tidak kelelahan memikul beban tubuhku. Ia berbaring disampingku sekalian lidahnya terjulur meminta diisap. “Tina,…. Saya meminta ludahmu…” Ia menjulurkan lidahnya, kesempatan ini penuh ludahnya. Selekasnya kuisap serta kusedot mulutnya serta kuisap ludahnya semua. Tina menggelinjang. “Kamu dibawah, mau…” Saya menggeser kembali, telentang di bawahnya. Badan Tina semuanya menindih tubuhku, buah dadanya kembali bergeser-geser. Kemaluanku sukses masuk dari bawah, dibantu tangan Tina. Tina mengdesah, “Ooohh… aduhhh… enaknya, aduuhh… kemaluanmu memenuhi…. Kemaluanku penuh kemaluanmu, ohhh… terus, Yanto, terus genjot dari bawah…. Oohh…. Ohhh, sangat nikmat, …. “Gerakan badan Tina serta saya semakin cepat sampai, “ Saya tidak…. Tidak tahan lagi…. Ingin keluar…. Oohhh… keluar… Yanto…! Saya telah keluar…. lanjutkan, teruskan…. Masih nikmat…. Ingin .. Yanto…. Kemaluanmu… nikmat sekali….. beradu jembut, nambah nikmat…. Saya ingin keluar lagiiiii…! Yanto, saya … tidak tahan, …keluar , telah dua kali… saat ini kamu dong, semprotkan manimu… ooohhh… ohh… terus Yanto, kamu harus puasss…” Saya bergerak terus, tapi dampak cream bertahan lama membuatku tidak mudah keluar.

Saya berbisik, sekalian lidahku menjilati lehernya, “Tina, masih nikmat… atau ingin ke kamar mandi dahulu, lalu berbaring sekalian istirahat 30 menit serta ….. mulai set kedua…?” Tina berbisik mesra. “Aku ingin, Yanto, berulang-kali tadi malam jemu bersetubuh dengan kamu…. Saat ini ke kamar mandi dulu… “ Ia beringsut ingin turun ranjang, tangannya meraih tissue lalu mengelap kemaluannya. Llau berjalan beringsut sekalian terus menggenggam tissue di kemaluannya. Saya mengejar ia. Kemaluanku basah dengan air mani Tina, tapi tidaklah sampai mengucur.

Di kamar mandi, Tina berbisik, “Yanto, kamu… hebat… jadi lelaki, dapat memberi kepuasan saya berulang-kali.” Saya menjawab, “Baru 2x, Tina… “ Ia tersenyum, berbisik, “Semalam jemu dapat berapakah kali, ya? Saya kepningin terus, berahiku tidak…. tidak tertahan, telah ditahan beberapa hari. Untung mbok pergi ya, jadi kita bebas ….” Saya menunduk, lalu kuserbu kemaluannya, kuciumi jembutnya, kujilati kemaluannya sampai ia kembali merintih nikmat. “Duhh, Yanto, … kamu merangsang lagi… ooh… ohh, saya terangsang… mari balik ranjang… tetapi, saya ingin menyedot kemaluanmu dulu… aduh, telah tegang lagi…” Mulutnya mengulum, menyedot kemaluanku beberapa waktu. “Tinaaa…. Telah, telah, kelak saya crot dalam mulutmu, saying sekali. Lebih nikmat crot di kemaluanmu…” Tina ketawa, “Nggak kuat ya? Gunakan cream ? Agar kuat berjam-jam?” Saya mengangguk lalu memeluk badan Tina, buah dadanya kembali memelekat dipinggangku. “Tina,… rasakan buah dadamu, benar-benar nikmat…”

Sampai di ranjang, kembali ia menindihku. “Kamu di bawahku dahulu ya… Eh, belum gunakan cream?” Saya beringsut ke meja lalu memoleskan cream di kepala kemaluanku. “Nih, telah gunakan cream. Tidak takut crot dahulu, sejam rasa-rasanya.” Kembali tubuhku ditindih Tina, mulutnya kembali menyeruput mulutku, buah dadanya bergerak ke kiri kanan di dadaku, aduh sangat nikmat. “Kamu nafsu , Tina?” Ia mengangguk, “Ya, kesempatan ini sampai sejam baru saya keluar…. Ke-3 ke empat, kelima….”

Saya nikmati tempat ini (sebutannya Woman on top missionary seks) sepanjang seputar 25 menit, terus-terusan menyeruput mulut Tina, menelan ludahnya, merangkul erat tubuhnya, menerkam bokongnya yang aduhai, dan sebagainya. Tina nikmati peranannya, melihat wajahku dengan sayu, menjulurkan lidahnya, masuk ke mulutku sambil mencari semua rongga mulutku, menyedot, menyedot, mengisap, mengisap, terus-terusan. Pinggulnya bergerak ke kiri ke kanan, karena itu terasalah jembutnya bergesekan dengan jembutku, pahanya terkadang menuruni pahaku agar kemaluanku dapat menggeser-geser kemaluannya yang telah basah itu.

Sesudah seputar 25 menit itu, Tina melenguh serta mendorongku agar berubah ke samping, lalu berbisik, “Kamu naik ke atas ya… saya telah tidak tahan, ingin dimasuki kemaluanmu…. Yang lama serta dalam,… jangan secepatnya, …. putar pinggulmu, nah gitu….ooh… enaknya, Yanto, terus… nikmatttt sekali…. Mauku sich yang lama,…. terus, … saat ini kemaluanmu… benamkan ke kemaluanku, terus….. yang dalam… ohh, ohh, mmm… mmm…” Mulutnya kusedot sedot terus, serta ia membalas sedotanku, jadi hanya dapat keluarkan suara … mmm…. mmmm…. ahh… ahhh.. Sesaat dadaku menindih buah dadanya, benar-benar sangat nikmat. Buah dada yang muncul serta kencang. Setiap lelaki pasti menikmatinya dalam posisiku ini. Saya sendiri mendesah kencang sekalian menggerakkan pinggulku, turun naik serta putar-putar. “Tin… ooohh… jembut…. jembut kita…. beradu… sangat nikmat ya…?” Tina mendesah dalam mulutku, mmm… lalu menjawab, “Betul… jembut bertemu jembut…. dadamu menindih buah dadaku… sangat nikmat, Yantoooo… saya tidak tahan lagi… saya ingin keluar … Yantooo…. saya … keluar… crot crot…. Oohhh… nikmatnya….” Lengannya memutari tubuhku dengan kencang. “Yanto,… tubuhmu… enak sekali kurangkul… kekar, … demikian jantan… sangat nikmat.. jangan terlepas dahulu ya…. lanjutkan, Yantoooo… saya masih dapat , … “ Saya gerakkan pinggulku turun naik terus, kurasakan batang kemaluanku dihisap serta diapit kemaluan Tina… Kemaluannya berkedut-kedut… Untung saya gunakan cream bertahan lama. Siapa sich dapat tahan kemaluannya diapit serta dihisap demikian. Seputar 12 menit, Tina kembali merintih panjang dalam mulutku, lalu pinggulnya mengejang keras dan… berasa cairan hangat membasahi kemaluanku di kemaluan Tina. Ia terengah-engah, sekalian menyedot mulutku ia berbisik, “Yanto… saya telah keluar… 4x ya?” Saya menjawab, “Ya, baru 4x. Masih ingin 4x sampai pagi?”

Tina berbisik, “Istirahat dahulu yuk, sesudah bersih-bersih di kamar mandi. Kamu hebat sekali, ya, belum keluar air manimu. Kelak saya ingin menyedotnya ya, sisa-sisa air manimu, dalam mulutku, jika telah keluar dalam kemaluanku….” Ia menuntunku jalan ke kamar mandi sekalian tempelkan buah dadanya di sampingku… Perasaanku tidak karuan, lelaki hadapi wanita yang nafsunya besar serta tidak bisa dibendung . Di kamar mandi, Tina mendekatkan mukanya ke wajahku sekalian menjilati pipi serta leherku. “Yanto…. kamu jantan tulen… saya ingin terus dipeluk serta diapakan saja sampai pagi… “ Lalu menyabuni kemaluannya serta menyeka kemaluanku, serta menyirami lalu mengelap dengan handuk. Tina berbisik, “Mau kuisap… kemaluanmu?” Saya menampik, takut ngecrot di kamar mandi, lalu kepeluk ia ke arah ranjang .

Kembali ia telungkup di atas tuuhku, lalu berbisik, “Mau main 69?” Saya ingin, lalu ia menggeserkan tubuhnya, kembali arah. Buah dadanya menggeser di dada serta perutku. Mulutku saat ini persis bertemu dengan jembut serta kemaluannya, yang selekasnya kujilat. Begitupun ia, mulutnya mencari biji kemaluanku, lalu batangnya, serta menjilati kepalanya sebelum mengulum dengan penuh hasrat. Ia mendesah saat rasakan jembutnya kuciumi serta bibir kemaluan yang berwarna merah itu kujilati dengan sama gairahnya. Tempat ini berjalan sepanjang seputar 10 menit, saat saya rasakan pucuk kenikmatanku hampir sampai, lalu kuminta ia balik arah . Kembali mulutku menyedot mulutnya, bau jembut serta berasa cukup asin. Dengan hasrat penuh ia menyedot mulutku, menjulurkan lidahnya masuk keluar untuk beradu dengan lidahku. Buah dadanya bergerak kiri kanan di dadaku, sangat nikmat rasa-rasanya. Saya janji pada diriku sendiri tidak main dengan boneka sex . Kalah nikmat dibanding badan Tina. Lenganku memutari punggung Tina, bokongnya kucengkeram serta kuelus. Tina mengeluh, “Aku nafsu , Yanto…. kamu demikian pinter… menghidupkan berahiku…”

Ia mendorongku ke samping lalu menarik tubuhku sampai menindih tubuhnya. Kembali kutindih buah dadanya, demikian nikmat. Mulutku menyedot mulutnya, serta kemaluanku masuk ke kemaluannya, jembutku bergesekan dengan jembutnya. Pinggulku turun naik, perlahan-lahan lalu lebih kencang. Selang lima menit, Tina telah kelojotan, mengeluh dalam mulutku, lengannya menerkam punggungku, pinggulnya bergerak cepat turun naik serta kesamping, dan… Tina menjerit ketahan dalam mulutku. Kemaluannya kembali memuntahkan cairan hangat, kurasakan kemaluanku disiram cairan hangat. Ia sampai puncaknya .

Dalam keadaan semacam itu, ia masih memeluk saya. “Yantooo… terus yuk… saya masih dapat keluar . Jangan terlepas kemaluanmu, teruskan… 10 menit saya crot… kamu kan? Saya rasakan kemaluanmu telah kedut-kedut. Mari saling keluar, agar senang bareng…mau?” Saya mendesah sekalian terus bergerak perlahan, pinggulku turun naik. “Kamu ini, Tina… manis sekali… wajahmu buat saya nafsu, buah dadamu buat saya tidak tahan…. Tin, rasa-rasanya saya ingin keluar nih, mana tahan sich, rasakan enaknya semuanya?” Tina senyum dengar kata-kataku, lalu memandangku. “Aduhai, Yanto… kamu pemuda ganteng… jantan, … pintar menghidupkan nafsu wanita … mari terus… saya ingin nih…. ooh… nikmatnya…” Badan Tina menggelinjang di bawah tubuhku, mulutnya mengisap mulutku, mengisap terus… buah dadanya bergoyang ditindih dadaku.

Saya tidak tahan . Barusan lupa mengolesi cream bertahan lama sekembali dari kamar mandi. Tuuhku bergerak turun naik secara cepat, keluarkan bunyi kemresek serta kecupak-kecupak saat mulutku menyedot mulutnya serta jembutku beradu dengan jembutnya. “Tina,… buah dadamu… buat akau tidak tahannn… saya ingin keluar nih…” Tina mendesah, “Ayo, terus…. Saya ingin keluar lagi… oohhh…. Yanto… mmm… ouww…. nikmat sekaliii…. “ Saya sampai puncaknya. “Tinaaa…. Saya keluar…. Saya keluar… oohhh… enaknya buah dadamu, jembutmu, kemaluanmu… oouww…. “ Karena itu crot-crot-crotlah air maniku dalam kemaluannya. Saya ingat pesannya agar disisakan air mani untuk masuk mulutnya. Kuarahkan kemaluanku ke mulutnya dan…. crot-crot dua tetes air mani dalam mulut Tina.

Beberapa waktu saya tergolek di atas badan Tina, mengendalikan napas. Tina demikian. Tina senang empat kai rasa-rasanya, serta saya 1x. Ia mengatakan sekalian senyum manis, “Yanto, kita saling keluar ya? Saling senang? Esok malam ingin ? Saban malam… Saya ini wanita penuh nafsu, ya? Saya sayang kamu, akan jadi cinta.” Lalu berdua saya ke kamar mandi, bersihkan badan, lalu tidur sampai subuh.