Wed. Sep 10th, 2025
MENIKMATI DUA TUBUH TANTE SEKALIGUS
MENIKMATI DUA TUBUH TANTE SEKALIGUS

MENIKMATI DUA TUBUH TANTE SEKALIGUS

MENIKMATI DUA TUBUH TANTE SEKALIGUS

MENIKMATI DUA TUBUH TANTE SEKALIGUS CERITA DEWASA – Ketika Pada suatu hari ketika aku ke villa pamanku, aku menemukan sebuah album foto di kamar Tante Aranti, yang ternyata berisi foto bugil Tante-Tanteku. Kubolak balik foto-foto tersebut yang menampakkan tubuh-tubuh telanjang Tante-Tanteku, walaupun ada yang sudah berumur diatas 40 tahun seperti Tante Shana dan Tante Aranti tapi tubuh mereka tidak kalah dengan keempat istri muda yang lain. Membuat aku terangsang dan ingin merasakan hangatnya tubuh mereka. Hingga ada ide gila untuk memperalat mereka melalui foto-foto tersebut. Mulai kususun rencana siapa yang pertama aku kerjain, lalu kupilih Tante Tante Shana (40 tahun) dan Tante Aranti (37 tahun).

Aku telepon rumah Tante Shana dan Tante Aranti. Aku minta mereka untuk menemuiku di villa keluarga. Aku sendiri lalu bersiap untuk pergi ke sana. Sampai disana kuminta penjaga villa untuk pulang kampung. Tak lama kemudian Tante Shana dan Tante Aranti sampai. Kuminta mereka masuk ke ruang tamu.
“Ada apa sih Edo?” tanya Tante Shana yang mengenakan kaos lengan panjang dengan celana jeans.
“Duduk dulu Tante,” jawabku.
“Iya ada apa sih?” tanya Tante Aranti yang mengenakan Kemeja you can see dengan rok panjang.
“Saya mau tanya sama Tante berdua, ini milik siapa?”, kataku sambil mengeluarkan sebuah bungkusan yang di dalamnya berisi setumpuk foto. Tante Shana lalu melihat foto apa yang ditunjukkan olehnya.
“Darimana kamu dapatkan foto-foto ini?” tanya Tante Shana panik mendapatkan foto-foto telanjang dirinya.
“Edo.. apa-apaan ini, darimana barang ini?” tanya Tante Aranti dengan tegang.
“Hhhmm.. begini Tante Shana, waktu itu saya kebetulan lagi bersih-bersih, pas kebetulan dikamar Tante IAranti saya lihat kok ada foto-foto telanjang tubuh Tante-Tante yang aduhai itu,” jawabku sambil tersenyum.

“Baik.. kalau gitu serahkan klisenya?” Kata Tante Aranti.
“Baik tapi ada syaratnya lho,” jawabku.
“Katakan apa syaratnya dan kita selesaikan ini baik-baik,” kata Tante Shana dengan ketus.
“Iya Edo, tolong katakan apa yang kamu minta, asal kamu kembalikan klisenya,” tambah Tante Aranti memohon.
“Ooo.. nggak, nggak, saya nggak minta apa-apa, Cuma saya ingin melihat langsung Tante telanjang,” kataku.
“Jangan kurang ajar kamu!” kata Tante Shana dan Tante Aranti dengan marah dan menundingnya. “Wah.. wah.. jangan galak gitu dong Tante, saya kan nggak sengaja, justru Tante-Tante sendiri yang ceroboh kan,” jawabku sambil menggeser dudukku lebih dekat lagi.
“Bagaimana Tante?”
“Hei.. jangan kurang ajar, keterlaluan!!” bentak Tante Aranti sambil menepis tanganku.
“Bangsat.. berani sekali, kamu kira siapa kami hah.. dasar orang kampung!!” Tante Shana menghardik dengan marah dan melemparkan setumpuk foto itu ke wajahku.
“Hehehe.. ayolah Tante, coba bayangkan, gimana kalo foto-foto itu diterima paman di kEdor, wah bisa- bisa Tante semua jadi terkenal deh!!” kataku lagi.

Kulihat kananku Tante Shana tertegun diam, kurasa dia merasakan hal yang kuucapkan tadi. Kenapa harus kami yang tanggung jawab,
“Tante-Tantemu yang lain kok tidak?” tanya Tante Shana lemas.
“Oh, nanti juga mereka akan dapat giliran,” jawabku.
“Bagaimana Tante? Apa ssudah berubah pikiran?”
“Baiklah, tapi kamu hanya melihat saja kan?” tanya Tante Aranti.
“Iya, dan kalau boleh sekalian memegangnya?” jawabku.
“Kamu jangan macam-macam Edo, hardik Tante Shana.”
“Biarlah Mbakyu, daripada ketahuan,” jawab Tante Aranti sambil berdiri dan mulai melepas pakaiannya, diikuti Tante Shana sambil merengut marah.

Hingga tampak kedua Tanteku itu telanjang bulat dihadapanku. Tante Shana walau ssudah berusia 40 tahun tapi tubuhnya masih montok, dengan kulit kuning langsat dan sedikit gemuk dengan kedua payudaranya yang besar menggantung bergoyang-goyang dengan puting susunya juga besar. Turun kebawah tampak pinggulnya yang lebar serta bulu hitam di selangkangan amat lebat.

Tidak kalah dengan tubuh Tante Aranti yang berusia 37 tahun dengan tubuh langsing berwarna kuning langsat, serta payudaranya yang tidak begitu besar tapi nampak kenyal dengan puting yang sedkit naik keatas. Pinggulnya juga kecil serta bulu kemaluannya di selangkangan baru dipotong pendek.
“Ssudah Edo?” tanya Tante Shana sambil mulai memakai bajunya kembali.
“Eh, belum Tante, kan tadi boleh pegang sekalian, lagian saya belum lihat vagina Tante berdua dengan jelas,” jawabku.
“Kurang ajar kamu,” kata Tante Aranti setengah berteriak.
“Ya sudah kalo nggak boleh kukirim foto Tante berdua nih?” jawabku.
“Baiklah,” balas Tante Shana ketus,
“Apalagi yang mesti kami lakukan?”
“Coba Tante berdua duduk di sofa ini,” kataku.
“Dan buka lebar-lebar paha Tante berdua,” kataku ketika mereka mulai duduk.
“Begini Edo, Cepat ya,” balas Tante Aranti sambil membuka lebar kedua pahanya.
Hingga tampak vaginanya yang berwarna kemerahan.
“Tante Shana juga dong, rambutnya lebat sih, nggak kelihatan nih,” kataku sambil jongkok diantara mereka berdua.

Baca Juga Cerita Dewasa Lainnya : Klik Disini !
LINGKUNGANKU MEMBUAT AKU JADI SANGE

“Beginikan,” jawab Tante Shana yang juga mulai membuka lebar kedua pahanya dan tangannya menyibakkan rambut kemaluannya kesamping hingga tampak vaginanya yang kecoklatan.
“Edo pegang sebentar ya?” kataku sambil tangan kananku coba meraba selangkangan Tante Shana sementara tangan kiriku meraba selangkangan Tante Aranti. Kumainkan jari-jari kedua tanganku di vagina Tante Shana dan Tante Aranti.
“Sudah belum, Edo.. Ess..,” kata Tante Shana sedikit mendesah.
“Eeemmhh.. uuhh.. jangan Edo, tolong hentikan.. eemmhh!” desah Tante Aranti juga ketika tanganku sampai ke belahan kemaluannya.
“Sebentar lagi kok Tante, memang kenapa?” tanyaku pura-pura sambil terus memainkan kedua tanganku di vagina Tante Shana dan Tante Aranti yang mulai membasah.
“Eh, ini apa Tante?” tanyaku pura-pura sambil mengelus-selus klitoris mereka.

“Ohh.. Itu klitoris namanya Edo, jangan kamu pegang ya..,” desis Tante Shana menahan geli.
“Iya jangan kamu gituin klitoris Tante dong,” dasah Tante Aranti.
“Memang kenapa Tante, tadi katanya boleh,” kataku sambil terus memainkan klitoris mereka. “Sshh.., oohh.., geliss.., To,” rintih Tante Shana dan Tante Aranti.
“Ini lubang vaginanya ya Tante?” tanyaku sambil memainkan tanganku didepan lubang vagina mereka yang semakin basah.
“Boleh dimasukin jari nggak Tante?”
Kembali jariku membuka belahan vagina mereka dan memasukkan jariku, slep.. slep.. bunyi jariku keluar masuk di lubang vagina Tante Aranti dan Tante Shana yang makin mendesah-desah tidak karuan,
“Jangan Edo, jangan kamu masukin jari kamu.. Oohh..,” rintih Tante Aranti.
“Jangan lho Edo.. sshh..,” desah Tante Shana sambil tangannya meremasi sofa.
“Kenapa? Sebentar saja kok, dimasukkin ya,” kataku sambil memasukkan jari tengahku ke vagina mereka masing-masing.
“Aaahh.., Edo..,” desah Tante Shana dan Tante Aranti bersama-sama mersakan jari Edo menelusur masuk ke lubang vagina mereka.
“Ssshh.. eemmhh..!!” Tante Shana dan Tante Aranti mulai meracau tidak karuan saat jari-jariku memasuki vagina dan memainkan klitoris mereka.

“Bagaimana Tante Shana,” tanyaku mulai memainkan jariku keluar masuk di vagina mereka.
“Saya cium ya vagina Tante Shana ya?” tanyaku sambil mulai memainkan lidahku di vaginanya. “Sebentar ya Tante Aranti,” kataku.
“Jangan.., sshh.. Edo.. ena.., rintih Tante Shana sambil tangannya meremasi rambutku menahan geli.
“Gimana Tante Shana, geli tidak..,” tanya Edo.
“Ssshh.. Edo.. Geli ss..,” rintihnya merasakan daerah sensitifnya terus kumainkan sambil tangannya meremasi sendiri kedua payudaranya.
“Teruss.. Edo,” desis Tante Shana tak kuat lagi menahan nafsunya.

Sementara Tante Aranti memainkan vaginanya sendiri dengan jari tanganku yang ia gerakkan keluar masuk. Dan Tante Shana kian mendesah ketika mendekati orgasmenya dan
“Aaahh ss.., Tante sudah nggak kuat lagi,” rintih Tante Shana merasakan lidahku keluar masuk dilubang vaginanya.
“Tante Shana keluar Edo..,” desah lemas Tante Shana dengan kedua kakinya menjepit kepalaku di selangkangannya. Tahu Tante Shana sudah keluar aku bangkit lalu pindah ke vagina Tante Aranti dan kubuka kedua pahanya lebar-lebar. Sama seperti Tante Shana Tante Aranti juga merintih tidak karuan ketika lidahku mengocok lubang vaginanya.
“Aah ss.., Edoo,.., enak ss..,” rintih Tante Aranti sambil menekan kepalaku ke selangkangannya.

Tante Aranti di sofa dan kubuka lebar-lebar pahanya. Kubenamkan lidahku liang vagina Tante Aranti, ku sedot-sedot klitoris vagina Tante Aranti yang ssudah basah itu,
“Teruss.., Edoo.., Tante.., mau kelu.. Aah ss..,” rintih Tante Aranti merasakan orgasme pertamanya. Edo lalu duduk diantara Tante Shana dan Tante Aranti.
“Gantian dong Tante, punyaku sudah tegangnih,” menunjukkan sarung yang aku pakai tampak menonjol dibagian kemaluanku pada Tante Shana dan Bullik Aranti. Kuminta mereka untuk menjilati kemaluanku.
“Kamu nakal Edo, ngerjain kami,” kata Tante Shana sambil tangannya membuka sarungku hingga tampak penisku yang mengacung tegang keatas.
“Iya.., awas kamu Edo.. Tante hisap punya kamu nanti..,” balas Tante Aranti sambil memasukkan penisku kemulutnya.

“Ssshh.. Tante.. terus..,” rintih Edo sambil menekan kepala Tante Aranti yang naik turun di penisnya. Tante Shana terus menjilati penisku gantian dengan Tante Aranti yang lidahnya dengan liar menjilati penisku, dan sesekali memasukkannya kedalam mulunya serta menghisap kuat-kuat penisku didalam mulutnya. Sluurrpp.. sluurpp.. sshhrrpp.. demikian bunyinya ketika dia menghisap.
“Sudah.. Tante, Edo nggak kuat lagi..,” rintih Tante Aranti sambil mengangkat kepalaku dari vaginanya.
“Tunggu dulu ya Tante Shana, biar saya dengan Tante Aranti dulu,” kataku sambil menarik kepala Tante Shana yang sedang memasukkan penisku kemulutnya.
“Tante Tina sudah nggak tahan nih,” kataku sambil membuka lebar-lebar kedua paha Tante Aranti dan berlutut diantaranya.
“Cepatss.. Edo,” desah Tante Aranti sambil tangannya mengarahkan penisku ke vaginanya. “Asshhss..,” rintih Tante Aranti panjang merasakan penisku meluncur mulus sampai menyentuh rahimnya. Tante Aranti mengerang setiap kali aku menyodokkan penisnya. Gesekan demi gesekan, sodokan demi sodokan sungguh membuatku terbuai dan semakin menikmati “perkosaan” ini, aku tidak peduli lagi orang ini sesungguhnya adalah Tanteku sendiri. Kuminta Tante Aranti untuk menjilati vagina Tante Shana yang jongkok diatas mulutnya.

“Ushhss.. Geli dik,” desis Tante Shana setiap kali lidah Tante Aranti memasuki vaginanya. Sementara aku sambil menyetubuhi Tante Aranti tanganku meremas-remas kedua payudara Tante Shana. Tiba-tiba Tante Aranti mengangkat pinggulnya sambil mengerang panjang keluar dari mulutnya. “Ahhss.. Edo Tante keluar.. ”
“Sudah keluar ya Tante Aranti, sekarang gilran Bu Shana ya,” kataku sambil menarik Tante Shana untuk naik kepangkuanku.

Tante Shana hanya pasrah saja menerima perlakuannya. Kuarahkan penisku ke vagina Tante Shana Lalu Aaahh.. desah Tante Shana merasakan lubang vaginanya dimasuki penisku sambil pinggulnya mulai naik turun. Kunikmati goyangan Tante Shana sambil ‘menyusu’ kedua payudaranya yang tepat di depan wajahku, payudaranya kukulum dan kugigit kecil.
“Teruss.. Tante, vagina Tante enak..,” rintihku sambil terus dalam mulutku menghisap-hisap puting susunya.
Penis kamu juga sshh..” rintih Tante Shana sambil melakukan gerakan pinggulnya yang memutar sehingga penisku terasa seperti dipijat-pijat.
“Sebentar Tante, coba Tante balik badan,” kataku sambil meminta Tante Shana untuk menungging.

Kusetubuhi Tante Shana dari belakang, sambil tanganku tangannya bergerilya merambahi lekuk-lekuk tubuhnya. Harus kuakui sungguh hebat wanita seumur Tante Shana mempunyai vagina lebih enak dari Tante Aranti yang berusia lebih muda. Sudah lebih dari setengah jam aku menggarap Tante Shana, yang makin sering merintih tidak karuan merasakan penisku menusuk-nusuk vaginanya dan tanganku meremasi payudaranya yang bergoyang-goyang akibat hentakan penisku di vaginanya.
“Ssshh.. Edo, Tante mau keluar..” rintih Tante Shana.
“Sabarr.. Tante, sama-sama,” kataku sambil terus memainkan pinggulku maju-mundur.
“Aaahh ss.., Tante Shana keluar..,” melenguh panjang.
“Saya belum, Tante,” kataku kecewa.
“Pake susu Tante aja ya,” jawab Tante Shana jongkok didepanku sambil menjepitkan penisku yang ssudah licin mengkilap itu di antara kedua payudaranya yag besar, lalu dikocoknya.
“Terus, Tante enak ss..,” rintihku.

Melihat hal itu Tante Aranti bangun sambil membuka mulutnya dan memasukkan penisku ke mulutnya sambil dihisap-hisap. Tak lama setelah mereka memainkan penisku, mengeluarkan maninya menyempot dengan deras membasahi wajah dan dada Tante Shana dan Tante Aranti.
“Terima kasih ya Tante,” jawabku sambil meremas payudara mereka masing-masing.

GOYANGAN18PLUS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *