HIBURAN DEWASA 18+ – Thalia adalah seorang gadis pelajar kelas 3 di sebuah SMU negeri terkemuka di kota YK. Gadis yang berusia 17 tahun ini memiliki tubuh yang sekal dan padat, kulitnya kuning langsat. Rambutnya tergerai lurus sebahu, wajahnya juga lumayan cantik.
Dia adalah anak bungsu dari lima bersaudara, ayahnya adalah seorang pejabat yang kini bersama ibunya tengah bertugas di ibukota, sedang kakak-kakaknya tinggal di berbagai kota di pulau jawa ini karena keperluan pekerjaan atau kuliah.
Maka tinggallah Thalia seorang diri di rumah tersebut, terkadang dia juga ditemani oleh sepupunya yang mahasiswi dari sebuah universitas negeri ternama di kota itu. Sebagai anak ABG yang mengikuti trend masa kini, Thalia sangat gemar memakai pakaian yang serba ketat termasuk juga seragam sekolah yang dikenakannya sehari-hari.
Rok abu- abu yang tingginya beberapa senti di atas lutut sudah cukup menyingkapkan kedua pahanya yang putih mulus, dan ukuran roknya yang ketat itu juga memperlihatkan lekuk body tubuhnya yang sekal menggairahkan. Penampilannya yang aduhai ini tentu mengundang pikiran buruk para laki- laki, dari yang sekedar menikmati kemolekan tubuhnya sampai yang berhasrat ingin menggagahinya. Salah satunya adalah Ucok, si tukang becak yang mangkal di depan gang rumah Thalia.
Ucok, pria berusia 40 tahunan itu, memang seorang pria yang berlibido tinggi, birahinya sering naik tak terkendali apabila melihat gadis-gadis cantik dan seksi melintas di hadapannya. Sosok pribadi Thalia memang cukup supel dalam bergaul dan sedikit genit termasuk kepada Ucok yang sering mengantarkan Thalia dari jalan besar menuju ke kediaman Thalia yang masuk ke dalam gang. Suatu sore, Thalia pulang dari sekolah. Seperti biasa Ucok mengantarnya dari jalan raya menuju ke rumah. Sore itu suasana agak mendung dan hujan rintik-rintik, keadaan di sekitar juga sepi, maklumlah daerah itu berada di pinggiran kota YK.
Dan Ucok memutuskan saat inilah kesempatan terbaiknya untuk melampiaskan hasrat birahinya kepada Thalia. Ia telah mempersiapkan segalanya, termasuk lokasi tempat dimana Thalia nanti akan dikerjai. Ucok sengaja mengambil jalan memutar lewat jalan yang lebih sepi, jalurnya agak jauh dari jalur yang dilewati sehari-hari karena jalannya memutar melewati areal pekuburan. “Lho koq lewat sini Pak?”, tanya Thalia. “Di depan ada kawinan, jadi jalannya ditutup”, bujuk Ucok sambil terus mengayuh becaknya.
Dengan sedikit kesal Thalia pun terpaksa mengikuti kemauan Ucok yang mulai mengayuh becaknya agak cepat. Setelah sampai pada lokasi yang telah direncanakan Ucok, yaitu di sebuah bangunan tua di tengah areal pekuburan, tiba-tiba Ucok membelokkan becaknya masuk ke dalam gedung tua itu. “Lho kenapa masuk sini Pak?”, tanya Thalia. “Hujan..”, jawab Ucok sambil menghentikan becaknya tepat di tengah-tengah bangunan kuno yang gelap dan sepi itu. Dan memang hujan pun sudah turun dengan derasnya. Bangunan tersebut adalah bekas pabrik tebu yang dibangun pada jaman belanda dan sekarang sudah tidak dipakai lagi, paling-paling sesekali dipakai untuk gudang warga.
Keadaan seperti ini membuat Thalia menjadi semakin panik, wajahnya mulai terlihat was-was dan gelisah. “Tenang.. Tenang.. Kita santai dulu di sini, daripada basah-basahan sama air hujan mending kita basah-basahan keringat..”, ujar Ucok sambil menyeringai turun dari tempat kemudi becaknya dan menghampiri Thalia yang masih duduk di dalam becak. Bagai tersambar petir Thaliapun kaget mendengar ucapan Ucok tadi. “A.. Apa maksudnya Pak?”, tanya Thalia sambil terbengong-bengong. “Non cantik, kamu mau ini?” Ucok tiba-tiba menurunkan celana komprangnya, mengeluarkan kontolnya yang telah mengeras dan membesar.
Thalia terkejut setengah mati dan tubuhnya seketika lemas ketika melihat pemandangan yang belum pernah dia lihat selama ini. “J.. Jaangan Pak.. Jangann..” pinta Thalia dengan wajah yang memucat. Sejenak Ucok menatap tubuh Thalia yang menggairahkan, dengan posisinya yang duduk itu tersingkaplah dari balik rok abu-abu seragam SMU-nya kedua paha Thalia yang putih bersih itu. Kaos kaki putih setinggi betis menambah keindahan kaki gadis itu.
Dan di bagian atasnya, kedua buah dada ranum nampak menonjol dari balik baju putih seragamnya yang berukuran ketat. “Ampunn Pak.. Jangan Pak..”, Thalia mulai menangis dalam posisi duduknya sambil merapatkan badan ke sandaran becak, seolah ingin menjaga jarak dengan Ucok yang semakin mendekati tubuhnya. Tubuh Thalia mulai menggigil namun bukan karena dinginnya udara saat itu, tetapi tatkala dirasakannya sepasang tangan yang kasar mulai menyentuh pahanya.
Tangannya secara refleks berusaha menampik tangan Ucok yang mulai menjamah paha Thalia, tapi percuma saja karena kedua tangan Ucok dengan kuatnya memegang kedua paha Thalia. “Oohh.. Jangann.. Pak.. Tolongg.. Jangann..”, Thalia meronta-ronta dengan menggerak-gerakkan kedua kakinya.
Akan tetapi Ucok malahan semakin menjadi-jadi, dicengkeramnya erat-erat kedua paha Thalia itu sambil merapatkan badannya ke tubuh Thalia. Thalia pun menjadi mati kutu sementara isak tangisnya menggema di dalam ruangan yang mulai gelap dan sepi itu. Kedua tangan kasar Ucok mulai bergerak mengurut kedua paha mulus itu hingga menyentuh pangkal paha Thalia.
Tubuh Thalia menggeliat ketika tangan-tangan Ucok mulai menggerayangi bagian pangkal paha Thalia, dan wajah Thalia menyeringai ketika jari-jemari Ucok mulai menyusup masuk ke dalam celana dalamnya. “Iihh..”, pekikan Thalia kembali menggema di ruangan itu di saat jari Ucok ada yang masuk ke dalam liang memeknya. Tubuh Thalia menggeliat kencang di saat jari itu mulai mengorek-ngorek lubang kewanitaannya. Desah nafas Ucok semakin kencang, dia nampak sangat menikmati adegan ‘pembuka’ ini.
Ditatapnya wajah Thalia yang megap-megap dengan tubuh yang menggeliat-geliat akibat jari tengah Ucok yang menari-nari di dalam lubang kemaluannya. “Cep.. Cep.. Cep..”, terdengar suara dari bagian selangkangan Thalia. Saat ini lubang kemaluan Thalia telah banjir oleh cairan kemaluannya yang mengucur membasahi selangkangan dan jari-jari Ucok. Puas dengan adegan ‘pembuka’ ini, Ucok mencabut jarinya dari lubang kemaluan Thalia. Thalia nampak terengah-engah, air matanya juga meleleh membasahi pipinya.
Ucok kemudian menarik tubuh Thalia turun dari becak, gadis itu dipeluknya erat- erat, kedua tangannya meremas- remas pantat gadis itu yang sintal sementara Thalia hanya bisa terdiam pasrah, detak jantungnya terasa di sekujur tubuhnya yang gemetaran itu. Ucok juga menikmati wanginya tubuh Thalia sambil terus meremas remas pantat gadis itu. Selanjutnya Ucok mulai menikmati bibir Thalia yang tebal dan sensual itu, dikulumnya bibir itu dengan rakus bak seseorang yang tengah kelaparan melahap makanan.
“Eemmgghh.. Mmpphh..”, Thalia mendesah-desah di saat Ucok melumat bibirnya. Dikulum-kulum, digigit-gigitnya bibir Thalia oleh gigi dan bibir Ucok yang kasar dan bau rokok itu. Ciuman Ucok pun bergeser ke bagian leher gadis itu. “Oohh.. Eenngghh..”, Thalia mengerang-ngerang di saat lehernya dikecup dan dihisap-hisap oleh Ucok.
Cengkeraman Ucok di tubuh Thalia cukup kuat sehingga membuat Thalia sulit bernafas apalagi bergerak, dan hal inilah yang membuat Thalia pasrah di hadapan Ucok yang tengah memperkosanya. Setelah puas, kini kedua tangan kekar Ucok meraih kepala Thalia dan menekan tubuh Thalia ke bawah sehingga posisinya berlutut di hadapan tubuh Ucok yang berdiri tegak di hadapannya. Langsung saja oleh Ucok kepala Thalia dihadapkan pada kontolnya.
“Ayo.. Jangan macam-macam non cantik.. Buka mulut kamu”, bentak Ucok sambil menjambak rambut Thalia. Takut pada bentakan Ucok, Thalia tak bisa menolak permintaannya. Sambil terisak-isak dia sedikit demi sedikit membuka mulutnya dan segera saja Ucok mendorong masuk kontolnya ke dalam mulut Thalia. “Hmmphh..”, Thalia mendesah lagi ketika benda menjijikkan itu masuk ke dalam mulutnya hingga pipi Thalia menggelembung karena batang kemaluan Ucok yang menyumpalnya. “Akhh..” sebaliknya Ucok mengerang nikmat.
Kepalanya menengadah keatas merasakan hangat dan lembutnya rongga mulut Thalia di sekujur batang kemaluannya yang menyumpal di mulut Thalia. Thalia menangis tak berdaya menahan gejolak nafsu Ucok. Sementara kedua tangan Ucok yang masih mencengkeram erat kepala Thalia mulai menggerakkan kepala Thalia maju mundur, mengocok kontolnya dengan mulut Thalia.
Suara berdecak- decak dari liur Thalia terdengar jelas diselingi batuk-batuk. Beberapa menit lamanya Ucok melakukan hal itu kepada Thalia, dia nampak benar-benar menikmati. Tiba- tiba badan Ucok mengejang, kedua tangannya menggerakkan kepala Thalia semakin cepat sambil menjambak-jambak rambut Thalia. Wajah Ucok menyeringai, mulutnya menganga, matanya terpejam erat dan.. “Aakkhh..”, Ucok melengking, croot.. croott.. crroott..
Seiring dengan muncratnya cairan putih kental dari kemaluan Ucok yang mengisi mulut Thalia yang terkejut menerima muntahan cairan itu. Thalia berusaha melepaskan batang kontol Ucok dari dalam mulutnya namun sia-sia, tangan Ucok mencengkeram kuat kepala Thalia. Sebagian besar sperma Ucok berhasil masuk memenuhi rongga mulut Thalia dan mengalir masuk ke tenggorokannya serta sebagian lagi meleleh keluar dari sela-sela mulut Thalia. “Ahh”, sambil mendesah lega, Ucok mencabut batang kemaluannya dari mulut Thalia.
Nampak batang kontolnya basah oleh cairan sperma yang bercampur dengan air liur Thalia. Demikian pula halnya dengan mulut Thalia yang nampak basah oleh cairan yang sama. Thalia meski masih dalam posisi terpaku berlutut, namun tubuhnya juga lemas dan shock setelah diperlakukan Ucok seperti itu. “Sudah Pak.. Sudahh..” Thalia menangis sesenggukan, terengah- engah mencoba untuk ‘bernego’ dengan Ucok yang sambil mengatur nafas berdiri dengan gagahnya di hadapan Thalia.
Nafsu birahi yang masih memuncak dalam diri Ucok membuat tenaganya menjadi kuat berlipat-lipat kali, apalagi dia telah menenggak jamu super kuat demi kelancaran hajatnya ini sebelumnya. Setelah berejakulasi tadi, tak lama kemudian nafsunya kembali bergejolak hingga batang kemaluannya kembali mengacung keras siap menerkam mangsa lagi. Ucok kemudian memegang tubuh Thalia yang masih menangis terisak- isak. Thalia sadar akan apa yang sebentar lagi terjadi kepadanya yaitu sesuatu yang lebih mengerikan.
Badan Thalia bergetar ketika Ucok menidurkan tubuh Thalia di lantai gudang yang kotor itu, Thalia yang mentalnya sudah jatuh seolah tersihir mengikuti arahan Ucok. Setelah Thalia terbaring, Ucok menyingkapkan rok abu-abu seragam SMU Thalia hingga setinggi pinggang. Kemudian dengan gerakan perlahan, Ucok memerosotkan celana dalam putih yang masih menutupi selangkangan Thalia.
Kedua mata Ucok pun melotot tajam ke arah kemaluan Thalia. Kemaluan yang merangsang, ditumbuhi rambut yang tidak begitu banyak tapi rapi menutupi bibir memeknya, indah sekali. Ucok langsung saja mengarahkan batang kontolnya ke bibir memek Thalia.
Thalia menjerit ketika Ucok mulai menekan pinggulnya dengan keras, batang kontolnya yang panjang dan besar masuk dengan paksa ke dalam liang memek Thalia. “Aakkhh..”, Thalia menjerit lagi, tubuhnya menggelepar mengejang dan wajahnya meringis menahan rasa pedih di selangkangannya. Kedua tangan Thalia ditekannya di atas kepala, sementara ia dengan sekuat tenaga melesakkan batang kemaluannya di memek Thalia dengan kasar dan bersemangat.
“Aaiihh..”, Thalia melengking keras di saat dinding keperawanannya berhasil ditembus oleh batang kontol Ucok. Darah pun mengucur dari sela- sela kemaluan Thalia. “Ohhss.. Hhsshh.. Hhmmh.. Eehhghh..” Ucok mendesis nikmat. Setelah berhasil melesakkan batang kemaluannya itu, Ucok langsung menggenjot tubuh Thalia dengan kasar. “Oohh.. Oogghh.. Oohh..”, Thalia mengerang-ngerang kesakitan.
Tubuhnya terguncang-guncang akibat gerakan Ucok yang keras dan kasar. Sementara Ucok yang tidak peduli terus menggenjot Thalia dengan bernafsu. Batang kontolnya basah kuyup oleh cairan memek Thalia yang mengalir deras bercampur darah keperawanannya.
Sekitar lima menit lamanya Ucok menggagahi Thalia yang semakin kepayahan itu, sepertinya Ucok sangat menikmati setiap hentakan demi hentakan dalam menyetubuhi Thalia, sampai akhirnya di menit ke- delapan, tubuhUcok kembali mengejang keras, urat-uratnya menonjol keluar dari tubuhnya yang hitam kekar itu dan Ucok pun berejakulasi. “Aahh..”
Ucok memekik panjang melampiaskan rasa puasnya yang tiada tara dengan menumpahkan seluruh spermanya di dalam rongga kemaluan Thalia yang tengah menggelepar kepayahan dan kehabisan tenaga karena tak sanggup lagi mengimbangi gerakan-gerakan Ucok. Dan akhirnya kedua tubuh itupun kemudian jatuh lunglai di lantai diiringi desahan nafas panjang yang terdengar dari mulut Ucok.
Ucok puas sekali karena telah berhasil melaksanakan hajatnya yaitu memperkosa gadis cantik yang selama ini menghiasi pandangannya dan menggoda dirinya. Setelah rehat beberapa menit tepatnya menjelang Isya, akhirnya Ucok dengan becaknya kembali mengantarkan Thalia yang kondisinya sudah lemah pulang ke rumahnya. Karena masih lemas dan akibat rasa sakit di selangkangannya, Thalia tak mampu lagi berjalan normal hingga Ucok terpaksa menuntun gadis itu masuk ke dalam rumahnya.
Suasana di lingkungan rumah yang sepi membuat Ucok dengan leluasa menuntun tubuh lemah Thalia hingga sampai ke teras rumah dan kemudian mendudukkannya di kursi teras. Setelah berbisik ke telinga Thalia bahwa dia berjanji akan datang kembali untuk menikmati tubuhnya yang molek itu, Ucok pun kemudian meninggalkan Thalia dengan mengayuh becaknya menghilang di kegelapan malam, meninggalkan Thalia
yang masih terduduk lemas di kursi teras rumahnya.