MENIKMATI TUBUH INDAH TANTE IDA

Akan tetapi tante Ida yang cantik itu, orangnya sangat judes, dia tidak memandang mata keluargaku, maklum kami hanya biasa-biasa saja, sedangkan tante Ida datang dari keluarga yang sangat kaya di kota Surabaya, dia hanya 2 bersaudara dan Ida adiknya yang berumur 22 tahun, masih kuliah di ITB dan tinggal di rumah om dan tante Ida di Bandung.
Selama aku berada dirumah om ku ini, hampir setiap hari tante Ida mengomel saja, karena dia memang sangat benci kalau aku menginap dirumah mereka. Selain aku memang termasuk anak yang bandel, biarpun secara postur tubuh, aku sudah terlihat sangat dewasa, karena tinggi badanku 175 cm dengan tubuh yang berotot, tante Ida curiga saja dan menganggap aku sering menerima duit dari om ku, pada hal sangat jarang om ku memberi aku duit.
Saat ini aku masuk ke rumah mereka, sebenarnya hanya terpaksa saja, karena aku sedang berlibur di Bandung dan ibuku memberitahukan kepada om ku yang memaksa aku tinggal dirumahnya. Hari ini entah kenapa aku merasa suntuk banget sendirian, kemarin sore sebelum om ku pulang dari kantor, tante Ida marah-marah dan menunjukkan muka kepada saya. Saat itu rumah berada dalam keadaan sepi, om sudah pergi kekantor, Mbak Ani adik tante Ida sedang pergi kuliah, Bik Suti lagi pergi ke pasar, dan tante Ida katanya mau pergi ke arisan. Tadi sebelum pergi dengan nada yang setengah membentak, tante Ida menyuruh saya menjaga rumah.
“Dari BT sendiri, mending nonton BF aja di kamar,” pikirku.
TV mulai kunyalakan, kuambil CD porno yang kemarin kupinjam ditempat persewahan dekat rumah, adegan-adegan panas tampak di layar. Mendengar desahan-desahan artis BF yang cantik dan bahenol tersebut membuat aku terangsang. Dengan lincahnya diterima melucuti celana dan CD-ku sendiri. Burungku yang sedari tadi tegak mengacung kukokok perlahan. Film yang kutonton itu cukup panas, sehingga aku menjadi semakin bergairah. Kutanggalkan pakaian yang masih melekat, akhirnya tubuhku tanpa ada penutup sekalipun. Kocokan menjadi semakin cepat seiring dengan semakin panasnya adegan yang kutonton. Kurasakan ada getaran dalam penisku yang ingin meyeruak keluar. Aku ingin orgasme, tiba-tiba…
“Anton.. apa yang kamu lakukan!!” teriak sebuah suara yang aku kenal.
“Ooooohh… Tante…?!” aku kaget setengah mati dan sangat bingung sekali saat itu. Tak kusangka tante Ida yang katanya mau pergi arisan bisa kembali secepat itu. Tanpa sadar aku bangkit berdiri dan kudekati tante Ida yang cantik tapi judes itu, yang masih berdiri dalam keadaan kaget dengan mata membelalak melihat keadaanku yang telanjang bulat dengan penisku yang panjang dan besar dalam keadaan tegang itu. Tiba-tiba entah setan mana yang mendorongku, secara refleks saja aku menyergap dan mendekap tubuh tante Ida yang mungil padat itu. Badannya yang mungil dan tingginya yang hanya sampai sebahu dari ku, ku bekap dengan kuat dan kutarik agak keatas, sehingga tante Ida hanya berdiri dengan ujung jari kakinya saja dengan kepala agak tertengadah keatas, karena kaget. Dengan cepat kucium dan kulumat bibir tipisnya yang seksi.
“Eeeehhhh… ppppffffff…!!! badan tante Ida seketika
mengejang dan agak menggeliat menerima perlakuan yang tidak pernah dia sangka akan berani aku lakukan itu dan sesaat kemudian dia mulai memberontak dengan hebat, sehingga ciumanku terlepas….
“Anton.. jangan kurang terbuka.. berani kau ini.. ingat, Toonnn.. Aku ini istri om mu…!!! Cepat lepas… nanti kulaporkan kau ke om mu…” teriak tante Ida dengan suara garang mencoba mengancamku.
Baca Juga Cerita Dewasa Lainnya : Klik Disini !
CERITA SEX PERTAMA KALINYA SEBAGAI PENGALAMAN
Aku tak lagi peduli, salah tante Ida sendiri sih, orang mau orgasme kok diganggu. Dengan buasnya aku jilat belakang telinga dan tengkuknya, kedua payudaranya yang biarpun tidak terlalu besar, tapi padat itu langsung kuramas-ramas dengan buas, sampai tante Ida menjerit-jerit. Selain nafsuku yang memang sudah menggila itu, ada juga rasa ingin membalas dendam dan mau mengajarkan adat atas perlakuan dan menghinaku.
Dia mencoba berteriak, tapi dengan cepat aku segera menciumnya lagi. Ada kali 10 menit aku melakukan hal itu, sementara tante Ida terus meronta-ronta, dan mengancamku serta mencaci maki, entah apa saja yang dikatakannya, aku sudah tidak memperdulikannya lagi. Aku terus menyerangnya dengan buas dan mengelus-elus dan meramas-ramas seluruh tubuhnya sambil terus mencium mulut dengan rakus. Dia tidak dapat melepaskan diri dari dekapanku, karena memang tubuhku yang tinggi 175 cm dengan badan yang atletis dan berotot, tidak sebanding dengan tubuh tante Ida yang 155 cm dan mungil itu.
Akibat seranganku yang bertubi-tubi itu, lama kelamaan kurasakan tidak ada lagi perlawanan dari tante Ida, entah karena dia sudah lelah atau mungkin dia mulai terangsang juga. Merasa sudah tidak ada perlawanan lagi dari tante Ida, penisku yang panjang dan besar yang sudah sangat tegang itu kugosok-gosok pada selimut dan kemudian kuraih tangan yang mungil dan kuelus-elus ke penisku, tangan mungilnya kugosok-gosok, mengocok penisku yang mulai menekan. Tubuhnya terasa mengejang, tetapi kedua matanya masih terpejam, dan tidak ada perlawanan darinya.
Kemudian ketika perlahan kubuka baju tante Ida, dia dengan lemah masih mencoba menahannya, akan tetapi menerima yang satu mengunci kedua tangan dan menerima yang lain membuka satu demi satu kancing-kancing blusnya, dan perlahan-lahan mempertontonkan keindahan tubuh di balik kain itu. Setelah berhasil membuka blus dan BH-nya, kuturunkan ciumanku menuju ke payudara tante Ida yang padat berisi…
“Tooonnnn… aaaammmpuunn… Toonnnnn… iiii.. iiingaaattttt.. Tooonnn..!!!”
Kucium dan kulumat putingnya yang berwarna kecoklatan itu. Terkadang kugigit dan kupuntir putingnya, sementara kusingkap roknya dan jari-jariku mulai mengelus-elus kemaluannya yang masih tertutup CD.
“Iiiiiiiiii…..ooohhhhhhhh…..aaaagggghh
hhhhh……..ssssshhhhhhh……..Toooonnnnn……! !!!!” Akibat perlakuanku itu, kayaknya tante Ida mulai terangsang juga, terasa dari tubuhnya yang
mengejang kaku dan dengusan nafasnya makin terdengar kuat. Aku semakin memperhebat seranganku dan tiba-tiba tubuh tante Ida bergetar dengan kuat dan……..
“Aaaahhhhhh..Toooonnnn…jaaa..jaaa
angaaannn….Tooonnnn……iiii…ngaaaatttt..Terlalu nnn…
oooohhhhhhhh…………aaaaaggggghhh…aaaaggghhh .aaaaggggggggghhhhh…!!!!!”
akhirnya, disertai tubuhnya yang mengejang dan menggeliat-geliat kuat,
serta kedua tangan mendekap punggungku….Seerrr.. cairan kewanitaan tante Ida membasahi CD nya sekalian jemariku.
Setelah masa orgasmenya berlalu, terasa badan tante Ida melemas terkulai dalam dekapanku dan kedua matanya masih terpejam rapat, entah perasaan apa yang sedang bergelora dalam tubuhnya, puas, malu atau putus asa akibat perlakuanku terhadap nya , hingga dia mencapai orgasme itu. Tarikan nafasnya masih terengah-engah.
Kami terdiam sejenak, sementara tubuh tante Ida bersandar lemas dalam dekapanku dengan mata. Jemari lentik tante Ida masih memegang penisku yang masih tegak mengacung.
Akhirnya secara perlahan-lahan kepala tante Ida menengadah keatas dan terlihat pandangan mata yang sayu lihat, sehingga menambah kecantikan wajahnya dan secara lembut terdengar suaranya…
“Oooohhhh….Toonnnn, apa yang kau buat pada tantemu ini…….??????”
“Eeeehhmmm…maafkan Anton tante….Anton lupa diri….abis tante tadi masuk tiba-tiba selagi Anton akan mencapai klimaks….salah tante sendiri sihhh…….lagi pula…tante amat cantik sihhh…..!!!!!!” sahutku mencari-cari alasan sekenanya.
Sekarang kayaknya tante Ida sudah pasrah dan sambil tanganya masih memegang penisku katanya lagi..
“Tooonnnn…..punya kamu gede amat yaaaa…????. Punya Om mu nggak sampai segede ini..!!”
“Aaahhhhh, tante…apa betull…?????!” memang penis ku panjangnya 20 cm dan gede juga dengan kepalanya yang bulat besar, apalagi kalau lagi sangat bernafsu begini.
Jemari lentik tante Ida yang tadinya hanya menggenggam saja, kini mulai memainkan penisku dengan manja. Seperti mendapat mainan baru, tangan tante Ida tak mau lepas dari situ.
“Taaannnnn…., kok diiiii…..dii…diamin aja, dikocok dong, Taannn….biar
enaaakkk….!!!”
“Ton, Ton.. kamu keburu nafsu aja….aaaaggghhh….!!!”, perlahan-lahan kedua mencapai menekan bahu tante Ida, sehingga tubuh tante Ida berjongkok dan sesaat kemudian kepalanya telah sejajar dengan selangkanganku. Kedua tangannya segera menggenggam penisku dan kemudian tante Ida mulai menjilati kepala penisku dengan lidahnya. Bergetar seluruh tubuhku menerima rangsang dari mulut tante Ida. Dijilatnya seluruh batang kemaluanku, mulai dari pangkal sampai ujung. Tak ada bagian yang terlewat dari sapuan lidahnya.
Penisku dikocok di dalam mulut, tapi tak semuanya bisa masuk.Mungkin hanya 3/4 nya saja yang bisa masuk ke mulut tante Ida. Kurasakan dinding tenggorokan tante Ida menyentuh kepala penisku. Sungguh sensasi yang sangat luar biasa menjalar ke seluruh tubuhku. Cukup lama juga tante Idamengulum penisku. Kurasakan batang penisku mulai membesar dan semakin mengejan. Dari dalam kurasakan ada sesuatu yang memaksa untuk keluar. Merasa aku akan keluar, tante Ida semakin cepat mengocok batang kemaluanku.
“Taaannnnn..ah..aohh.. taaannn.. Anton mo
keluar,…….aaauuugghhhh…..taaannnn..!!!!!!!”
Akhirnya..Croott..croott..croottt.Hampir sepuluh kali cairan itu menyembur dari ujung penisku. Diminumnya air maniku dengan, dijilatinya
semua, sampai tak ada lagi cairan yang tersisa. Meskipun sudah keluar tetapi penisku tetap saja masih tegar, meski tak terlalu keras lagi.Melihat itu, tante Ida mencium-cium kepala penisku dan menjilat-jilatnya hingga bersih.
Kemudian kutarik berdiri tubuh tante Ida dan kudorong ke tempat tidur, sehingga tante Ida terlentang diatas tempat tidur. Dengan cepat kulucuti rok sekalian CD nya, sehingga sekarang tante Ida terlentang diatas tempat tidur dengan tubuh yang mungil tapi padat itu berada dalam keadaan telanjang bulat. Tante Ida hanya menatap ku dengan pemandangan yang sayu dan terlihat pasrah.
Aku naik keatas tempat tidur dan kedua kakinya kupentang lebar-lebar dan aku berjongkok di antara kedua pahanya yang terpentang membuka lebar kemaluannya yang telah licin, siap untuk diterobos.
Kupegang batang penisku dan kugosok-gosok sepanjang bibir kemaluannya, sambil kutekan-tekan pelahan. Merasakan terjadi-gesekan lembut vagina tante Ida, penisku mulai menggumpal kembali. Ku ambil tangan tante Ida dan ku tempatkan pada batang penisku, segera digengamnya penisku dan diarahkan ke lubang kemaluannya. Dengan sedikit gerakan menekan, kepala penisku perlahan-lahan mulai masuk setengah ke lobang kemaluan tante Ida.
Terasa lobang kemaluan tante Ida sangat mencengkeram batang kemaluanku. Dinding kemaluan tante membungkus rapat batang kemaluanku, kutekan lagi dan tubuh tante Ida menggeliat…
“Oooooohhhhhh… Toooonnnn… bee.. beeeesaaarrrr
aaaaa.. maaaattttt.. pe.. peeelaaan… pee laaan… Toooooonnnn… ooooohhhhh..!!!!!” tante Ida merintih perlahan.
Secara pelan-pelan batang dan hati-hati aku menekan kemaluanku makin dalam… terus… terus…. ooohhhhhhh… eeeenna aaak… benaaarrrr… terasa jepitan kuat dinding kemaluan tante Ida yang menjepit rapat batang umumku.
Perasaanku terasa melayang-layang dilanda kenikmatan yang tidak terlukisakan ini…..
“Taaaaannnnn……ooohhhhhh…..eeee euuuuunnaaaakkkkkkkk…taannnnn….!!!”
Dengan kedua paha yang terkangkang lebar-lebar dan kedua tangan berpegangan pada pinggangku, tante Ida memandang ku dengan mengulangi sayu, terlihat sangat cantik dan menawan, sehingga aku yang berdiri diatasnya perasaanku terasa menggila, melihat dan merasakan wanita cantik dan ayu yang berbadan kecil tapi padat ini, terlentang pasrah dibawahku, menerima seluruh perlakuanku.
Kugerakan perlahan-lahan pinggulku menekan ke bawah, sehingga penisku terbenam semakin dalam kelobang kemaluannya, dalam….. dalam….. terus…… terus….. daannnn….. ….kemudian……ujung kepala penisku terasa mentok, karena beberapa kali tubuh tante Ida mengejang ketika aku mencoba
menekan lebih kuat, aku kemudian mulai menarik keluar dan selanjutnya
keluar masuk.
Dengan bersemangat aku mulai menaik-turunkan tubuhku. Gerakan naik-turun yang terkadang diselingi dengan gerakan memutar, sungguh merupakan sensasi yang sangat luar biasa. Apalagi posisi kedua paha tante Ida terkangkang lebar-lebar, membuat tikaman-tikamanku terasa jauh dalam dasar lobang kemaluannya. Aku dapat melihat payudara tante Ida bergerak-gerak keatas ke bawah setiap kali aku menekan masuk penisku dalam-dalam sehingga kedua selangkangan kami berhimpit rapat-rapat.
Kemudian rasakan otot-otot kemaluan tante Ida dengan kuat menyedot penisku. Semakin lama kurasa semakin kuat saja kemaluan tante Ida menjepit penisku. Kulihat wajah tante Ida tampak semakin memerah menahan orgasme keduanya yang akan melandanya sebentar lagi.
“Aaaaaaddduuuuuhhhhh….Toooonnn.. Aaaagggghhhhhh.. Oouggg..
hhaa..hhaa…Toooonn…taaannnn…teeeee…maaa…. Maaauuuu…keee…
keeeeluaraarrrr lagi, Toonnnnn…!!!!!!!.”
Dan….. Seeeeerrrr…..kurasakan cairan hangat membasahi penisku.
Sementara nafsuku sudah sangat memuncak menuntut penyelesaiannya, aku sudah tidak bisa lagi bertindak halus, tanpa banyak bicara, segera saja kupompa pantatku dengan cepat dan gencar, mendapat serangan yang agak kasar dan tiba-tiba itu tante Ida menjerit-jerit kesakitan. Meski lobang kemaluan tante Ida sudah basah dan licin banget, tapi tetap saja terasa seret untuk ukuran penisku yang besar.
Tak kuhiraukan lagi suara tante Ida yang menjerit-jerit kesakitan, yang ada dipikiranku saat itu adalah aku ingin segera mengakhiri permainan ini dan merasakan kenikmatan yang akan datang padaku. Kurasakan otot-otot penisku mulai berdenyut-denyut dengan kerasnya, ada sesuatu yang berusaha keluar dari batang penisku. Kucoba untuk menahannya selama mungkin agar tidak segera keluar, tapi jepitan dinding kemaluan tante Ida akhirnya meruntuhkan perlindunganku.
“Aaaaaauuddddduuhhhh… taaannnnn… teeeee… oooooohhhhh…..!!!” keluhan panjang penuh kenikmatan keluar dari mulut ku disertai dengan
…croott.. croott….croooootttt….semburan..maniku menyemprot dengan kuat, mengisi relung-relung terdalam lobang kemaluan tante Ida, kemudian badanku tertelungkup lemas menidih badan mungi tante Ida, sementara kuubiarkan penisku tetap di dalam kemaluan tante Ida untuk merasakan sisa-sisa orgasmeku. Kurasakan kemaluan tante Ida tetap saja berdenyur-bantah, meski tak berdosa tadi.
“Taannnn, terima kasih ya, udah mau temenin Anton main.!!!!” kataku dengan manja.
“Kamu, tuh, Ton, kalau lagi nafsu jangan main maksa dong, masak tantemu sendiri kamu perkosa juga…..!!!”
“Iiihhhhh…tante…..tapi tante senang juga….kaannnn …..????”
“Iya.. siiihhh….!!!!!” kata tante Ida malu-malu.
Sejak saat itu sikap tante Ida terhadapku berobah seratus persen, biarpun sikap kami ini tetap terjaga dihadapan om dan adik tante Ida. Aku dan tante Ida sering berhubungan sex bersama kalau rumah lagi sepi. Aku makin merasa sayang saja terhadap tante Ida, apalagi tante Ida melayani nafsu sex saya dengan rela dan sepenuh hati.
